Senin, 31 Oktober 2011

Aku mencintai tanggal 15 ku

Ditulis oleh : Rr Indah Dariah Anisa


  Aku mencintai tanggal 15 ku

30 Agustus 2008

30 tepat dibulan ketiga ditahun 2008 aku bersanding dengannya, pria yang ketika itu memintaku menjadi kekasihnya dan berusaha keras untuk meyakinkan hatiku bahwa ia memang pantas menyandingku. Bulan demi bulan berlalu begitu saja namun sangat disayangkan ia begitu saja meninggalkanku ketika hubungan kami baru menginjak bulan ke empat, ia memintaku mengakhiri hubungan kami begitu saja.
Ini lah awal dari kehancuran hati yang terjadi padaku, hari demi hari aku hanya terisak mengenangnya hingga aku merasa betapa bodohnya aku membuang-buang tiap bulir air mataku begitu saja hanya untuk pria sepertinya. Sambil berlalu pada tiap hélai dedaunan yang jatuh berguguran mengiringi langkahku aku berjanji pada hatiku dan hidupku, aku harus menghapus ségala kenanganku dengannya berlalu begitu saja pada memori yang tlah ku anggap usang.

15 Desember 2008

Tidak lagi aku mau menanti tanggal 30 seperti bulan-bulan yang lalu, bulan-bulan yang pernah buatku tersenyum. Tersenyum ketika itu memang, tapi kini sosok inilah yang dengan perlahan datang mengisi rongga-rongga hatiku dan ia yang teryata bukan sosok yang baru hadir dalam hidupku. Ialah sang arjuna, lucu memang tiap kali kami mulai menyandingkan nama kami, dengan ia yang bernama arjuna dan aku yang bernama Shinta  nampak seperti penokohan pada dunia wayang. Tapi aku bangga dengan namaku dan tentu ia pun tak pernah mau kalah denganku ia slalu berkata bahwa Arjuna adalah pangeran tampan. Kadang ingin ku befikir apa benar ini nyata bagi kami ? apa ia memang pendampingku kini ?
Tapi aku tau benar bahwa ia bukan hanya milikku namun ia juga milik Negara ini. Sang arjuna yang menjadi pasukan khusus Negara ini memiliki tugas untuk siap setiap saat ketika ada utusan dari sang atasan. Aku tak pernah berani bertanya padanya apa sebenarnya yang ia kerjakan karna aku tak mau mencampuri urusan pekerjaannya dan aku percaya bahwa suatu saat nanti ia pasti akan becerita padaku. Entah mengapa aku begitu percaya padanya, bisa saja ia berbohong padaku namun tidak pernah terbersit sedikit pun dalam fikiranku ia berbohong padaku karna pernah suatu ketika aku mengenalkan arjuna pada bunda dan bunda sempat bertanya padanya apa pekerjaannya. Arjuna menjawab bahwa ia adalah seorang pasukan khusus utusan Negara dan bunda hanya tersenyum. Aku sempat dibuat bingung oleh senyum bunda.
Tentu saja aku langsung bertanya pada bunda ketika arjuna sudah meninggalkan rumah kami, ’’kenapa bunda hanya tersenyum ketika arjuna menjawab apa pekerjaannya’’ dan bunda menjawab dengan tersenyum ’’percayalah anakku dia baik untuk mu dan pekerjaannya halal untuk ia jalani’’ , aku dibuat bingung dengan penjelasan bunda dan aku bertanya lagi ‘’memang bunda tahu tentang pasukan khusus ?’’ ‘’dulu kakekmu adalah seorang pasukan khusus Negara nak’’. Aku memang cukup terperangah dengan pernyataan bunda karna aku tak pernah menyangka bahwa kakekku adalah seorang pasukan khusus Negara dieranya.
Apa yang bunda dan aku diskusikan tentang pekerjaan Arjuna yang ternyata sama dengan yang pernah dijalani kakekku dieranya buatku semakin yakin dengan arjuna. Shinta dan sang Arjuna suka sekali aku melafalkan nama kami untuk menggodanya dan membuatnya tersenyum.

15 Juni 2009

Kembali bertemu dengan tanggal 15 dan bukan lagi 30 seperti yang lalu, sungguh bahagia menyambut tanggal ini. Tak pernah sedikit pun terbayangkan olehku bahwa di tanggal 15 dalam 6 bulan perjalanan cinta kami arjuna meminangku sebagai istrinya dihari yang sakral ini pula kami mengikat janji untuk sehidup semati. Sang Arjuna yang meminang seorang Shinta, tak pernah bosan aku menyebut nama kami berdua. Entah sang pangeranku yang bernama Arjuna ini datang dari mana tapi jelas sejak lalu ia mengenalku melebihi aku mengenal diriku, sungguh tak pernah dulu aku menyadari bahwa dia lah sang pangeran Arjuna dalam hatiku, ini nyata memang.
Senang sekali aku tiap ku dengar kata yang meluncur dari suaranya, pekerjaannya membuat ia sering sekali meninggalkanku tapi entah mengapa slalu saja ada cara yang ia lakukan untuk buatku tetap tersenyum, bosan kadang eluhku padanya tiap ia meninggalkanku berminggu-minggu karna pekerjaannya dan ia hanya bersua lewat udara denganku. Tak pernah kehabisan akal memang suamiku itu ia tetap menelfonku tapi ia juga mengirimiku lembar surat yang ia titipkan pada pak pos. Tiap lembar ia tulis dengan sajak seadanya dan itu buat ku tersenyum geli.

15 September 2009

Suamiku tercinta sang Arjuna mendampingiku dirumah kecil kami, karna aku baru saja mulai mengandung anak kami dan aku berdoa pada Tuhan agar ia adalah seorang kesatria yang kelak terlahir dan tumbuh gagah seperti ayahnya. Tapi tentu saja aku tak pernah tau Tuhan memberikanku kelak seorang gadis mungil atau seorang ksatria tampan yang terlahir dari rahimku. Sang arjuna slalu berkata padaku bahwa ia akan mencintai bayi yang terlahir dari rahimku tak perduli ia berjenis kelamin wanita atau laki-laki karna buatnya bayi itu tetap anak dari Arjuna dan Shinta. 

15 April 2010

Sudah memasuki bulan-bulan yang hampir mendekati bulan kelahiran anak kami dan mendadak Arjuna mendapat tugas keluar kota, sempat terlintas dipikirannya untuk menolak tugas itu karna ia tak mau meninggalkanku dengan perutku yang sudah semakin membesar tapi aku merasa bahwa aku baik-baik saja dan aku memintanya untuk pergi menjalankan tugasnya. Setiap hari ia menghubungiku melalui ponselnya dan berpesan padaku agar aku menjaga diriku dengan calon anak kami baik-baik, lucu sekali setiap aku mendengar ségala petuah yang melucur dari suaranya ia begitu khawatir padaku. Aku mengerti sekali bahwa ia benar-benar mencintaiku terlebih pada calon anak kami.
Satu minggu setelah kepergian Arjuna menjalani tugasnya ada masalah yang terjadi pada kandunganku, aku sering sekali mengalami pendarahan ringan di usia kandunganku yang memasuki bulan-bulan terakhir. Tanpa sepengetahuan Arjuna aku memeriksakan kandunganku sebelum jadwal rutin periksa kandunganku karna Arjuna pasti akan menelfonku untuk menanyai kabar kandunganku. Aku bertanya pada dokter tentang masalah pendarahan yang blakangan ini sering aku alami dan setelah memeriksaku dokter berkata bahwa kandunganku semakin lemah karna tumbuh kanker pada dinding rahimku, dokter sempat menyarankan padaku bahwa kondisiku akan semakin parah kelak usia kandunganku semakin tua. Aku meminta dokterku untuk tidak memberi tahu siapapun tentang penyakit yang kuderita terutama pada Arjuna suamiku.

15 Mei 2010

Arjuna tiba dirumah dan dengan cepat ia memelukku dan menyapa calon anak kami dengan mencium perutku. Arjuna begitu merindukanku begitu yang ia slalu katakan padaku, sampai bosan aku mendengar ocehannya. Hari demi hari kondisiku semakin melemah dan mukaku terlihat pucat hingga arjuna khawatir padaku dan terus saja memaksaku untuk kedokter memeriksakan kondisiku, jelas aku menolaknya karna aku takut ia tau penyakit apa yang kuderita. Aku slalu saja memberi alasan padanya bahwa aku hanya kelelahan saja dan butuh lebih banyak waktu untuk beristirahat. Tentu ia percaya padaku. Setiap malam aku diam-diam menyiapkan sedikit demi sedikit ségala keperluan yang kelak akan dibutuhkan oleh bayi kami ketika ia terlahir.
Satu minggu sebelum memasuki hari kelahiran anakku yang diperkirakan oleh dokter bahwa aku akan melahirkan secara cesar, aku sempat menuliskan surat yang sengaja kubuat untuk anakku yang akan terlahir kebumi dan suami yang paling aku cintai. 

16 Juni 201

Tiba hingga malam dimana aku mulai memasuki kamar rumah sakit untuk persiapan melahirkan anakku aku berbicara hanya berdua dengan dokterku, aku menitipkan surat yang sengaja sudah kupersiapkan untuk suamiku ketika ségala kemungkinan terburuk terjadi padaku. Sang dokter tak banyak bicara melihatku.


15 Juni 2010

Pagi di tanggal 15 bulan Juni Shinta melahirkan anaknya yang tampan sesuai doanya pada Tuhan, tapi di tanggal 15 Juni ini pula Shinta meninggal dunia karna pendarahan yang terjadi pada rahimnya. Arjuna begitu terpukul atas meninggalnya Shinta, ia tak pernah tau bahwa istrinya mengidap kanker ketika sedang mengandung anak mereka, dokter kandungan Shintalah yang menjelaskan semuanya pada Arjuna dan ia sempat meminta maaf pada Arjuna karna tidak memberi tahu penyakit istrinya karna Shinta memintanya merahasiakan penyakit yang Shinta derita pada Arjuna.
Sesuai dengan pesan terakhir Shinta pada dokter agar memberikan surat yang Shinta tulis untuk suaminya, dokter pun memberikan surat yang Shinta buat untuk Arjuna. Sambil terisak Arjuna membuka surat yang ditulis istrinya.






15 Juni 2010

Dear Arjuna suamiku..
Selamat ya sayang atas ulang tahun pernikahan kita dan juga atas bayi mungil tampan yang sudah terlahir dibumi ini, anak kita, anugerah terbesar yang Tuhan beri di hari ulang tahun pernikahan kita. Aku benar-benar mencintai tanggal 15 ku, dari mulai Tuhan mempertemukan kita, menyatukan kita, hingga memberi kita hadiah terindah seorang bayi mungil di tanggal 15. Aku mau kamu memberinya nama Satria Pandawa, pasti ia akan nampak terlihat gagah seperti ayahnya kelak. Aku sangat mencintaimu Arjuna, kau sungguh suami yang sangat luar biasa di sepanjang usiaku menjadi istrimu. Senyummu slalu saja buatku semakin mencintaimu dan pancaran matamu slalu buatku nyaman disisimu.
Jaga dan berikan yang terbaik bagi anak kita kelak ya sayang, aku percaya bahwa kau adalah ayah yang hebat bagi anak kita. Aku juga sudah mempersiapkan satu amplop surat yang kutaruh didalam kotak kayu diatas meja kamar kita. Berikan surat itu sebagai hadiah ulang tahun Satria yang ke 17 nanti ya sayang. Aku sudah menyiapkan hadiah itu untuknya tepat di tanggal 15 Juni di usianya yang ke 17.
Sungguh aku meminta maaf pada mu karna aku tak bisa lagi membantumu merawat anak kita…
Aku hanya ingin berkata, aku mencintaimu hingga akhir hayatku…
Ditanggal 15 ku…
Istrimu, Shinta...

akhirnya buat blog juga telat sih emang