Selasa, 14 Agustus 2012

Gemercik

Menjejaki tanah-tanah yang kian memberi tanda pada tujuan yang tersamar pada insan yang memadu pada bait penantian. Meraba makna pada untaian yang hadir seiring berjalannya langkahmu tanpa sadar kapan tujuanmu berakhir. Menyanding saja senyumku kian mengembang tanpa sadarmu. Keras skali usahamu mencapai puncak tujuan yang samar bagimu.
Lepaskan batu-batu yang mulai menyesaki ranselmu, biar longgar barang sedikit. Jika tak ingin kau tinggalkan batu-batu itu maka biar kubantu membawanya hingga puncak tujuanmu. Tersenyumlah barang sedikit, maka akan semakin kau nikmati masa-masa pencapaianmu. Biar ambisi mengeras pada gurat halus tiada lelahnya mimik wajahmu.
Mari nikmati hembusan kesejukan pembawa arah keronaan. Sedikit menari, hujan mulai ingin menemani langkahmu. Luluhkan sedikit kejenuhanmu maka ikuti alunan gemercik yang kian deras ingin menyatu pada tubuh yang lalu sempat mengering. Dengarkan gemuruh yang tertawa menatap bahagia pada kembang senyummu. Nikmatilah....


i. d. a.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Pengagum

          Menuntun jalan yang tak pernah kukenal arah jelas inginku kemana, aku sedikit meragu pada helai takdirku kali ini tapi berdosa jika aku tak percaya pada sang takdir pengatur s'gala jalan hidupku. Rasa yang terkutip slalu saja menjadi masa yang terikat dalam jalan yang kupilih. Tak bisa kupungkiri memang, apa daya takdir sang pemilik kehidupan yang mengatur tiap langkahku. Menggores tinta yang sudah ditetapkan sebagai warna-warna pengisi kehidupan dalam helai hari-hariku.

         Menjadi sang pengagum itu sudah menjadi pilihanku memang, mengagumi semesta pemberi kenikmatan pada mata dan rona yang membantu menghempaskan s'gala masa yang terikat dengan pekatnya. Menjadi pengagum tiap alur dan masa yang mengalun seiring waktu yang kunikmati. Dan Menjadi pengagum rasa yang entah slalu saja kusimpan rapat dan bungkam. Ya...ini lah sang pengagum, entah apa lagi yang akan kukagumi. Dalam diamku tentunya....



i. d. a. 

Sabtu, 04 Agustus 2012

Semesta

      Jentikan jemari yang melantun kata menemani malammu kala sepi yang tiada reda menghantui malam-malammu, rindu pasti rasamu? tertawa kecil dengan canda sang semilir angin dengan setia menjadi kawanku.  Ah suka dengan rembulan yang kudamba slalu saja dengan pancaran hangatnya tak ada bintang yang menyanding memang. Sepi, itu yang nampak.. tidak fikirku dia hanya Tuhan takdirkan sendiri tanpa sepi sesungguhnya. Untaian kata dan beberapa makna yang mesra menyanding dinginnya malam yang mulai berganti waktu dengan pagi yang belum nampak oleh sang matahari. Kau tentu tak paham rasa itu mengikat sesungguhnya namun tergenggam dengan erat tak ingin mengungkap.
     Biar, malam yang mulai mengganti pagi ini jadi milikku seutuhnya tanpa sedikitpun mata dan nada tersadar akan rasaku. Bermain dengan gemuruh tanda hujan akan datang yang menjadi saksi kala itu. Menyembulkan rona yang tiada sangka terungkap tanpa ada mata yang menangkapnya. Kunikmati sendiri segala memoriku, kunikmati sendiri rona menyembulku dan biar kunikmati sendiri seisi alam semesta yang menemaniku.
    Ah, kalian ini begitu mempesona malamku yang mulai berganti dengan pagi dengan cahaya rembulan yang menghangatkan, sedikit gemuruh yang tak ingin pergi dan angin yang merasuk dalam tiap rongga-rongga kulit dan nafasku.

kunikmati saja dengan ronaku...


i. d. a.