Kamis, 31 Mei 2012

Hei Rin...

Aku rindu kebersamaan ku bersama ketiga sahabatku ini, sulit kadang menyatukan waktu kami untuk melepas penat bersama. Rindu dengan cerita Daru dan kekasihnya, kuharap Daru tetap bahagia dengan pilihannya meski ujiannya belum selesai dalam menjalani LDR tapi aku pasti percaya dia mampu mengambil keputusan yang terbaik. Rindu dengan cerita Vivi dan kekasihnya juga yang tanpa sadarnya aku menjadi pengagum rahasia kekuatan seorang wanita seperti Vivi yang kuat melawan rasa sakitnya, kuat menahan egonya kadang, dan kuat mengadapi kekasihnya yang ajaib, ya..itulah Vivi si wanita tahan banting (hatinya).

Gadis, ya..itu namaku..kufikir sudah bosan ketiga temanku ini jika membahas tentangku karna mereka tau ceritaku tak jauh tentang tuan beranselku itu tapi setidaknya sudah tak sebisu dulu suaraku dan sikapku (kadang), dan yang terakhir Rin, iya Rin sosok teman wanitaku yang entah masih menunggu ditempat yang sama kah dia hari ini? atau sudah jenuh kah ia di zonanya itu? belum sempat lagi kudengar celotehnya..kali ini Rin tak membahas tentang tuan nosenya itu, apa kau baik-baik saja Rin?

Hei Rin, aku menyimpan banyak tanya yang beum sempat kutanyakan..

Namun kuharap kau baik-baik saja..

Hei Rin.. Hei Daru.. Hei Vivi.. mari duduk temani aku menikmati senja...

aku rindu celotehan kita..


  

Selasa, 29 Mei 2012



Senja di Tanah Kelahiranku


Berbulan-bulan aku tak kembali, tak menyapa sang kawan lama yang setia menemaniku ketika sang senja mulai menguasai alam sore itu. Pulau dewata tanah kelahiranku tanah tempat tinggal orang tuaku kini, sedang aku tetap menuntun ilmu di ibu kota.
Hai kawan lama, tak rindukah kau dengan ku? sang gadis yang suka menikmati sejuknya desiran angin kala senja mulai nampak bersama ombak yang tiada lelahnya berkejar-kejaran. riang kufikir para pelancong yang menyambangimu kala itu.
Aku rindu padamu, sedikit meluangkan waktu dengan duduk diantara bulir pasir yang tiada habisnya kufikir tiada tara bahagiaku. Melepas segala beban yang tak tau entah ingin kulempar saja sejauh mungkin tak ingin berkata saat menyambangimu tak ingin bersuara mungkin hanya menghela nafas menikmati udara yang kurindu. Hei senja, aku rindu syahdumu rindu segala yang kau miliki. Senja di tanah kelahiranku, kau sungguh menggoda penikmatmu terutama aku yang begitu suka diantaramu. Aku akan segera pulang untuk menengokmu, bermain dengan kawan lamaku bulir pasir dan gemercik ombak yang sudah lama tak membasahi tubuhku.


i. d. a. 

Kamis, 24 Mei 2012

Bahagia itu Kamu

Hei tuan, tanpa kau aku tak mengenal makna syair tak juga mengenal betapa kerasnya alur hati dan pemkiranmu. Menikmatimu dengan diamnya aku tak mengerti kadang mengapa ini kujalani tapi aku menikmati segalanya, hari ini aku mulai tak ingin lagi menggalaumu karna takkan ada arti nyata jika murungku hanya karnamu. Tak ada salahmu padaku, itu nyata memang...tak ada luka yang sengaja kau buat memang, tapi sungguh aku memang benar merindu bayangmu hanya menggalaumu caraku nyatakan inginku, nyatakan rinduku, bisuku, dan ronaku...

Sadar memang kau membawa perubahan pada karyaku, syairku yang memang tanpa sengaja tertuju untukmu..namun bahagia itu memang kamu, kamu yang tanpa sengaja Tuhan minta menemaniku dan menemani khayalku menikmati senyummu. Menikmati bahagiannya saat menggalaumu, tak perduli kata orang apa pada nyataku tetap saja kulakukan untuk menikmatimu. Egoisku menikmatimu tanpa kuingin kau tau dan mereka disekitarmu sadar tentang aku yang menggalaumu.

Hari ini ku meminta ijin padamu dengan tersirat aku akan menghapus segala memoriku saat mengagumi segala karyamu, senyummu, bodohmu dan diammu. Aku berlalu saja pada detik terakhir menikmati wajahmu itu isyaratku, maaf tapi teruntuk kau yang memang menjadi bagian dari rinduku bahagia itu tetap kamu.

Lima bulan kulalui dengan kagumku pada sosokmu tuan beransel, nama isyaratku untukmu entah kudapat dari mana nama itu namun jelas aku suka menyebutmu tuan beransel...
aku pergi kali ini tetap dengan diamku...
Jagalah senyummu...
dan bahagiamu...


i. d. a.

24-05-2012

Sabtu, 05 Mei 2012

Jelita...

sang jelita yang senantiasa duduk mengadu rindu pada sang hyang widi
menikmati aroma sendu taman ayodya
sedikit bermain dengan nada-nada yang mengawal embun kesejukan
merombak rongga yang kian mengendur oleh rona jingga

hei... alam temani aku menari
temani kesunyianku dengan nada yang mengalun merdu
menanti sang setia yang tak pernah kupaksa hadir menemaniku

harumnya taman ayodya cukup mengganti rinduku kali ini
menemani bulir embun yang menjaga kesejukan rongga hati
hingga musim gugur menyambut



- jakarta, 5 Mei 2012-

i. d. a.

Rabu, 02 Mei 2012

umek

cukup sudah suaramu memecahkan pekatnya keheningan
aku minta kau bisu tak bernada kali ini
aku tak meminta kau, dia, atau mereka beradu kata
cukup sudah aku lelah

aku tak suka lamunanku terpecah
aku tak suka terusik
aku cukup letih kali ini
dan aku benar-benar tak ingin bersuara

biar saja keheninganku yang menemani
biar saja kerinduanku kunikmati
biar sudah kufikir...

i. d. a.