Jumat, 26 Oktober 2012

Nyata 'Kita'

Datang jika ya kau ucap pada sedikit candamu

Kau lenyap tanpa berita kepergianmu

Boleh sedikit kuminta kau terlelap

Terlelap saja dalam bunga tidur

Biar kuucap rindu pada perbatasan bawah sadar

Biar romansa tersampai dengan lembutnya

Merpati saja tak ada malu memadu kasih

Maka hadirkan pada bait ingatanmu namaku

Manis, hingga perbatasan imajinasi menjemput

Saat aku jadi makmummu

Tanpa khayal mauku

Nyata, kau dan aku

Hingga selama hayat jadi 'kita'


i. d. a.

Selasa, 23 Oktober 2012

Duduk Sore

Matahari malu menatap lama wajahku
Memudar siang pertanda sore akan datang
Membiarkan sedikit gerimis berwarna pada sore
Duduk diantara sejuk yang menggoda
Bias cahaya merekam bagian tercantik
Mendendangkan suara pada bait sore
Mencatat rekaan yang terekam pada lalu

Kuingat senyummu..
Kembali pada catatan memori kita
Mungkin kau mengaduh pada gemuruh
Menjamah pada angin
Menitipkan salam pada kupu-kupu sore
Merangkai bait-bait syair

Biar sore kududuk menanti rona...

i. d. a.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Gadis si Penyair

Benar apa yang mereka suarakan tak sama binar mata itu, sekuat dan sebaik apa pun namamu dan alur hati bagianmu kuceritakan semua tetap tak sama bahkan tak sedikitpun berhasil menyaingi binar mataku saat hanya menyebut nama tuan berasel. Tak paham sungguh mengapa tanya tentangmu aku tak tau. Rasa ingin milikimu lebih hebat dari pada tuan beranselku itu hingga ternyata takdir Tuhan pun tak satukan kita, Tuhan adil memang tak ingin rasa yang mungkin tak sebaik dengan tuan beranslku itu kupertahankan dan kuberikan pada orang yang salah.

Gadis, gadis..berceloteh saja kau mampu dengan bait-baitmu namun bersuara saja getarnya tak ayal membuat semua mata heran menyorotmu. Kau ini aneh bukan, diam saja pada rasamu memilih bisu namun tetap tertawa dengan polosmu. Terisak pada gelap dan enggan berbagi pada semesta saat rindu menjamahmu.

Kecintaanmu pada syair tak mudah kau isyaratkan namun mudah kau tuangkan pada bait kosong wadah imajinasimu. Sadarkah kau gadis tuan beransel jawaban tanyamu? kau memilih berlari kian melaju dengan pesat ia tak ingin teringat rasanya pada tuan beransel... Gadis diam dan rasanya aliran darah-darahnya mulai terasa hangat, enggan ia teruskan syairnya.

"hei gadis kau pejamkan matamu"

iya, kusiapkan waktu bertemu semesta, maka ikutlah bersamaku jika tak takut kau akan ujianmu, maka hilangkan saja pada segala memori lampau yang tak terikat lagi. Biar syair yang temani langkahmu. Biar saja kau nikmati waktu yang berdetak dengan denyut yang menyanding tanpa lelah hingga hayat menemui batas.







i. d. a.

Rabu, 10 Oktober 2012

cerita kami

kali ini kami tak hanya ada aku..
tak pandai dalam bahasa yang tertulis dalam narasi, just try to write about us..

kembali teringat pada penokohan imajnasi yang terpatri pada bagian nyata kami..
Hai Rini, hai Daru, hai Vivi, dan hai Gadis..
Apa kabar? kalian satu pada senda gurau meski terlelap pada bagian malam

Hei Rin, tanpa sadar mata penikmat bagian tanpa celah milikmu merasuk pada rasa tentu saja tanpa sadarmu. Kau tanpa peka Rin slalu saja, nona terbaik pada kami yang masih memilih sendiri meski tak Hanya kau namun gadis dan vivi pun. Rin, lihat lah semesta biar ia merasuk pada rongga hatimu Menjelajah ruang agar nikmat kau rasa meski noda akan rasa yang terlalu lekat belum usai kau hapus. Nikmati, biar kami menjagamu dari tempat kami. Lepaskan helai yang mengikat hatimu perlahan biar kau rasa dan kian terasa damai. Tenang Rin kami disini...mengawasimu dengan mata tanpa lelap.

Hei Daru, bagaimana bisnismu? semoga Tuhan melancarkan bait-bait doa pada rezkimu. Nona Daru tanpa fokus, gemas kadang pada karaktermu menaik turunkan tawa dan emosi kami. Itu kau nona tapi memang itu kau dan itu memang kau. Terkekeh kadang memutar memori mengingat mimik khas pada gurat halus diwajahmu. Kami tak ingin lalu menjadi bayanganmu, biar saja lalu menjadi lalu maka lalu cepat berakhir. Kami menjaga rasa-rasa pada alurmu, nikmati takdir pada roman kau dan kekasihmu biar saja tak hanya cerah menemani semesta biar sekali-kali gemuruh yang mewarnai nada takdirmu. Warna yang tercipta akan apik jika kau kian menjaga warna yang pudar tanpa paksa pada catatanmu. Tenang saja, tetap kami yang menopangmu...

Hei Vivi, masa itu bagian memori yang enggan sungguh kami kau nikmati yang Tuhan beri, tapi dosa kami jika bangkang pada Tuhan. Biar kau tau kami tak mau ada bait sayatan pada hati yang menyatu dengan tabah milikmu. Sudah kulihat tawa pada cuplikan satu lukisan wajah pada lensa mata kami. Karena kami akan tetap kami dan pasti kami. Bersandarlah jika kau ingin pada genggam jemari kami. Tuhan menjaga dan kami menjaga, biar pria datang karna Tuhan yang inginkan. tak hanya Ririn tapi kau pun juga pantas membuka bagian rongga hatimu nona. Biar senyum kian menyatu pada desir angin yang menyapa kau dan kami.

Hei Gadis, kami tau kau diam pada tuan beranselmu kian bisu malah. Bermain-main saja pada imajinasi akan esta, maksud kami semesta. Kau bilang tanpa bait yang tercipta maka semesta tak menyatu pada bagian hati imjinasimu. Tak paham benarlah kami apa yang kau debatkan pada pemikiranmu. Kau akhiri bagian obsesimu itu dan tersadar tuan beransel saja cukup pada imajinasimu, semoga saja tak ada bualan yang kau bilang 'ya'. Apa kau sadar? atau bahkan sengaja tak ingin tersadar? kau takut nona... tak ada yang salah pada bait cinta yang terpasang pada memori hati. Bicara saja pada semestamu kau adukan diammu yang kau sebut cinta itu. Kami menjadi bayangan milikmu, biar saja mengawasi lebih dekatnya tingkahmu.

kami tetap kami, maka kami satu pada genggam tak terpisah, biar melarut saja pada yang mengalir hingga hilir tersampai.


i. d. a 

Selasa, 09 Oktober 2012

kau aku

aku tetap akan menjadi aku pada baitku

kau pun sama tetap dengan kau pada baitku

tak serupa jelas pada cerita siapamu dan aku

merpati menyapa imajinasiku dengan sengaja

sebait kata ia selipkan dengan lembut

kau mencatat bait rekaman Tuhan pada takdir

hingga alam saja selimutiku dengan hangat

perhiasan langit yang memanjakan bunga tidur

kau dan alam, aku dan alam

maka satu kita pada alam

hanya kita




i.d.a.

Kamis, 04 Oktober 2012

Pelakon Bumi

Kau ciptakan adam dan hawa ditanah yang Kau sebut bumi
Tempat peraduan cinta yang menitiskan anak-anak manusia
Tak ada pesona jika hampa tak bertuan tanah ini
Biarkan saja kami terlahir dengan takdir yang terpatri dengan kekalnya
Tinggal melakon dengan langkah yang tertulis

Bumi semakin tercampur dengan apa warna yang tertuang
Langkah-langkah yang berwarna, bukan asa tak berwujud
Biar saja para hawa menitiskan bayi-bayi mereka
Biar saja para adam menanam benih mereka
Pekat jika itu kelak yang tercipta karena ulah mereka
Damai jika benih memang bibit yang terindah Tuhan berikan

Bersimpuhlah pada Tuhanmu
Biar takdir yang menilai



i.d.a.