Kamis, 27 Desember 2012

Malam Syair

Kau tau bagian candu yang tertanam dalam malam itu syair yang mengalir atas suara-suara hati yang menjalar. Mungkin waktu punya batas dan tanda sebagai penentu antara kita. Menanti rembulan malam tempat cinta bertahta agung pada singgasana istana hati. Merdu, kicauan malam yang berdendang tanpa henti antara insan yang memadu dalam renda-renda rasa. Kita hanya bagian dari insan yang memiliki rasa dalam peti-peti kebungkaman. Aku yang berjalan menyusuri tiap detik hitungan waktu yang menghunjan dengan romansa-romansa malam. Tanpa eluh kupupuk rasa yang kadang mulai melemah dengan waktu yang terasa panjang meski waktu memegang erat dengan batas.

Syair-syair kaku dalam helai yang tertuang tinta-tinta baku. Ini bukti rasa yang tertuang dalam bait kata yang terhenti dalam tinta yang menyusut diunjung pena. Sekedar melampaui catatan kecil yang jadi ilustrasi memori imanjiner. Biar kunikmati syair malam dengan roma tanpa batas dan waktu yang berbatas. 




i. d. a.

Jumat, 21 Desember 2012

Done..!!

Hei semesta aku hanya memilih rembulan malam dalam satu tanpa hina kuduakan pagiku, aku ingin lelap dengan segera dan lupa akan memori kita. Sudahi segala cerita yang jadi lebur karena aku bukan yang kamu mau dalam impianmu dan bukan aku yang ingin kamu miliki, aku rasa itu kini mungkin juga kelak. Biar kutup dan kusudahi jika memang kau tak akan kembali karna aku wanita dan aku tau aku punya rasa lebih diantara sekat yang mengisi ruang hati. Malam itu Gadis menikmati lamunannya dan tiba-tiba ada sms masuk ke hp Gadis.

Send to Gadis                 : Hei Gadis apa kabar? kamu lagi ngapain?
Gadis reply message      : Ini siapa?
Send to Gadis                : Bara, masih inget?
Gadis reply message      : Iya tentu aku masih inget, ada apa Bara?
Send to Gadis                : Lusa mau ya pergi sama aku temenin aku nikmatin Jakarta?
Gadis reply message     : Liat nanti ya, sorry udah malem aku tidur duluan... selamat malam Bara
Send to Gadis                : Semoga mimpi indah, i like your boots yesterday

Gadis yang malam itu dihubungi seorang pria yang belakangan ini suka memperhatikannya dikampus yang ternyata Bara adalah pria yang suka sekali dengan cara berpenampilan Gadis yang luar biasa ajaib tapi lebih dekat dengan aneh itu, ya itu karena Gadis adalah sosok wanita yang cuek banget dan suka banget pake sepatu boots. "Semesta, demi apapun itu aku harus apa?" celoteh Gadis sebelum akhirnya ia memutuskan meninggalkan singgasananya dibalkon kosan.

kriiiinggg.....kriiinggg.....kkkkriiiiiinggg.......

Bunyi suara alarm kamar Gadis yang super ga nyantai itu berhasil membangunkan Gadis dari mimpi indahnya itu. 

"Oke....aku udah bangun nih alarm sssttt...berisik banget tauk" Gerutu Gadis sambil beranjak dari tempat tidurnya dan melangkah mematikan alarm dan segera menuju kamar mandi.

Pagi ini ternyata Gadis memiliki jadwal konsul dengan pembimbing skripsinya dengan memulai hari bertatap muka dengan dosen yang slalu jadi tempat eluhan dan progres di setiap bab skripsinya yang katanya skripsinya itu adalah pacar pertamanya sekarang. 

"Gadis, kamu kapan mau turun lapangan? saya mau segera ya" Tegas ibu dosen pembimbingnya
"Iya bu, kalo hari ini saya engga dapet revisian brarti lusa saya sudah bisa langsung turun lapangan bu3
"Bagus, lanjutin hari ini tidak ada revisian dan minggu depan segera kamu lapor sama saya apa progress dari kamu"
"Iya bu, makasih bu" jawab Gadis sambil tersenyum. "Kalo begitu saya permisi bu" Pamit Gadis.

Mungkin hari ini Gadis tak ada jadwal lain selain menyibukkan dirinya dengan beberapa keperluan untuk skripsinya dan ketiga sahabat Gadis yang kebetulan tak nampak dikampus karena urusan skripsi mereka. Tanpa sendu hari maka ternikmati dengan padatnya waktu biar saja berpetualang demi waktu yang berbatas.

"Kusudahi hariku tanpa ada kamu yang tak ingin kuingat sekarang, entah nanti atau lusa atau bahkan aku ingin berdoa tak ada lagi kamu dari detik-detik masa yang menemani persinggahan yang tak tau mau kularungkan kemana? Apa aku ini alammu? atau aku ini penghias waktumu? kamu ya, cuma kamu yang tau itu apa yang kau maknai. Hei Tuan Beransel" dengan lincah tangan Gadis mulai menari dengan carik usang yang slalu tersedia didalam tas ransel andalannya itu dan dengan segera ia lipat kertasnya berbentuk burung dan ia simpan dalam box yang bertulis SAMPAH SUARA miliknya itu.


"Selamat menikmati semesta yang membawa impian kian melesat dengan ilusi"

(part 4)




i. d. a.


Jumat, 07 Desember 2012

Done..!!



Sunyi itu sudah bagian dari warna maka biar saja tetap sunyi jika sunyi baiknya tetap sunyi. Mendera dibagian tulang yang mejadi sandaran tempat hati kini bertahan dengan ngilu yang kian menusuk. Akhir tahun akan tiba dan semua akan berganti tanpa ada warna baru.

"Semesta..demi Tuhan bantu aku untuk bergerak.....!!" Teriak Gadis malam itu dibalkon kosannya.

Dan tanpa sadar teriakan Gadis membuat si mba penjaga kosan lari tergopoh-gopoh keluar dari kosan lantai bawah dan kemudian melongok keatas tempat asal suara yaitu balkon kosan "Mba Gadis kenapa? kok teriak malem-malem gini? mbaa Gadis ga pengen bunuh diri kan?" si mba langsung ngasih rentetan pertanyaan. "Engga mba sumpah engga kok, maaf ya keberisikan ya?" jawab Gadis, "Syukurlah kalo gitu, aku bisa tenang nonton sinetron lagi kalo gitu" si mba pun langsung masuk lagi. "ampun deh ya si mba..." gerutu Gadis.

Segera malam itu Gadis kembali melesat dalam pikirannya sendiri "Ya Tuhan... satu kata done saja udah bikin aku begini gimana kalo sampe aku bilang aku ini udah jatuh cinta sama kamu dari setahun yang lalu dan dengan rajinnya aku emang slalu nulis tentang kamu dan ternyata mungkin kamu akan bilang, 'dasar cewek aneh bisa-bisanya suka sama gw' astaga Tuhan....!!! engga pokoknya engga bodo deh dia sekarang tau apa yang aku rasain tapi sumpah demi apapun aku ga mau ketemu dia lagi. Aku gengsi banget aku ga mau pokoknya engga" 

Terus saja malam itu Gadis berdebat dengan suara hatinya sendiri Sepertinya peristiwa yang terjadi antara ia dan tuan beransel waktu itu membuat perubahan besar dalam hidup Gadis. Gadis enggan melewati tempat yang memungkinkannya bertemu tuan beranselnya itu, menghindari tegur sapa dengan socmednya dan tidak pernah sekalipun Gadis membalas sms dari tuan beranselnya itu.

"Astaga Dis....mau sampe kapan lo kayak orang ketakutan begini?" Tanya Vivi yang sudah tidak tahan lagi melihat tingkah sahabatnya. "Kalo lo ga pernah bisa bersikap biasa aja sama tuan beransel lo itu, lo akan semakin kesiksa dengan rasa takut yang gw sendiri ga ngerti kenapa lo mesti ngerasa takut sama dia" Lanjut Vivi

"Gw sendiri ga tau deh, ga tauuuu......." Jawab Gadis dengan lirih.

"Iaudah..sekarang kamu harus bisa kuat ya ngadepin semua yang udah kamu putusin dan kamu juga harus siap dengan segala konsekuensinya DIs" Tukas Daru

"Iya..." Jawab Gadis sambil mengusap air mata yang sedari tadi ia keluarkan.





(Part 3)

i. d. a.

Rabu, 05 Desember 2012

Done...!!


Akhirnya semua berakhir hanya dengan kata "done", jika saja tepian itu dapat memadu kasih dengan jingga maka akan tersatukan dalam memori. Dengan Pagi saksi percakapan Gadis dan Vivi.

"Pagi Gadiiiisss.........." sapa Vivi.
"Hmm...." jawab Gadis loyo.
"Hati sehat beb?"
"Lesu..."
"Hahahhaha....." Vivi terkekeh.

Suasana kampus yang riuh tak berpengaruh dengan pikiran Gadis yang masih asik ngobrol sama dirinya sendiri didalam hati. "Tidak akan pernah ada kata kita memang ya?" "Enggalah, emang siapa yang mau sama cewek super ajaib macam aku gini" "iya ya, ajaib sm aneh bedanya tuh tipiiiiis.. banget" "Yaampun". 

Gadis, perempuan yang hobi banget jadi anak super ajaib dan aneh. Gadis itu suka banget ngelontarin kata yang tanpa sengaja kepleset maksudnya A keluarnya B, suka main-main sama imajinasi yang dijadiin bait syair yang katanya syair itu bagian dari hidupnya, dan Gadis itu cewek super oon yang tiap jatuh cinta berubah drastis makin kliatan gagu yang ada dikepalanya ya cuma nulis apa yang dia rasain tapi habis itu bait kata-katanya dimasukin box yang sengaja dikasih nama SAMPAH SUARA

"Terus sekarang dia udah tau dis apa yang lo rasain ke dia? so, lo kok masih diem sih?" cerocos Rini yang baru aja dateng dan langsung duduk disebelah Gadis.

"Maap aku telat, terus gimana nih?" samber Daru yang menyusul kedatangan Rini yang memilih duduk disebelah Vivi.

"Hmm.." tiba-tiba Gadis berdiri dan berkata "Wahai semesta tolong jawab semua pertanyaan mereka biar kuberikan hak istimewa untukmu mewakiliku kali ini"

Tiba-tiba Rini berdiri dan langsung noyor kepala Gadis "Jangan kumat ajaibnya, buruan cerita...!!"

"Dia bilang 'Done...' iaudah gitu aja mungkin" "Udah ah engga mau bahas ini dulu"
Jawab Gadis dengan singkat dan ketiga sahabatnya pun mengerti jika Gadis memang sedang tidak ingin mengulang memorinya.

Memori itu bagian yang menyimpan jadi biar saja kalau begitu. Biar saja iya memaju dan mundurkan ingatan untuk menyatukan cerita-cerita. Satu tak akan satu jika remahan tak akan ingin menyatu dalam memori. Maka simpan saja ingin tak inginmu.



(part 2)





i. d. a.

Senin, 03 Desember 2012

Done !!

Awalan itu ada dari kata yang tersusun dalam bait cerita, waktu tetap saja bergulir tanpa henti meski semua tempat telah bosan kucampur aduk dengan nama warna-warni cerita. Nama kita atau hanya namamu yang kutuju jadi satu. Terus saja berkelana dan berkata "ini hidupku maka biar kuberi warna sesukaku". Tak ada nama lain yang kucampur maka ini cerita tentangmu saja. Malam saja suka dengan semesta sebagai penghias biar jadi warna. Tulis saja terus tentang warna-warna yang kaku nampak gimik tingkahmu.

Aku bercerita maka biar aku yang mengarang dalam kata yang ingin kususun. Biar ilusi itu tetap ada dan hanya aku yang tau. 

"Done...!!!" kau banting semua lembar itu.

"Jangan lagi kamu hanya bersuara lewat lembar-lembarmu ini, aku nyata didepanmu dan aku bukan ilusimu" "aku pria yang katamu kau cintai"

Aku cuma bisa lalu dengan bungkamku, aku tau kau pria yang kucintai tapi tidak dengan wanita-wanitamu yang lain. Aku bukan mereka jelas bukan mereka karena aku tak bersuara, sedang mereka lantang dengan suara. Jika kau berkata aku bisu, biar. Jika kau bertanya apa mauku? akan ku jawab "aku cuma ingin mencintaimu dengan caraku".

Jika waktu saja setia dengan ceritaku maka kupilih waktu saja. Mungkin benar awalanmu menatap wajahku dan berkata "Done.....!!". Kau bukan aku maka kau tak tau aku, kau hanya lihat aku tapi tak mengerti rasa tentang aku. Maka selesai saja kalau begitu bait ceritaku, bukan kamu tapi cuma aku. Setiaku pada lembar ceritaku bukan lembar ceritamu.

(part 1)





i. d. a.

Rabu, 28 November 2012

Setahun

Biar saja semuanya terlalui, lalu apa yang kusimpan ini akan tetap tersimpan? Biar saja ranting itu patah biar menderak pada bagiannya. Disetahun ini langkah menguncup jadi celah yang menyempit apa ini suara yang menggumam maka lepaskan saja jika tak ingin mengekang. Biar kubawa sampai mata ini menutup jika baiknya begitu. Sendiri saja tanpa kamu tau hanya ada kita bagiku tapi tak ada kita mungkin nyata bagian hidupmu. 

Setahunku



i. d. a. 

Sabtu, 24 November 2012

Drama dalam Nyata

Demi apa pun yang ku cinta air mata itu bagian dari aku yang berdamping dengan bahagia. Jika bahagia itu hal yang slalu dinanti maka ingin kusampaikan pada angin dan butir-butir debu yang melebur hingga larut bahwasanya aku menanti bahagia tanpa luput akan penantian sedihnya. Mereka paket yang terbaik Tuhan ciptakan maka kunikmati hingga hayat yang menyatu pada bumi bersemayam. Andai bisa terbang maka ingin terbawa angin hingga lepas dari hari yang tak berujung. Bungkam saja pada diam maka baiknya senyum akan mengembang, Terima kasih Tuhan atas semesta yang membagi sinar cemerlang penjaga malam. Bangkit dari hari yang tertinggal dalam selongsong masa yang buat luka mengukir dengan usia yang mendamping. Akan ada detak tiap waktu yang menunggu kapan bulir itu akan kembali terisak atau bahkan akan kembali mengembang bersama gurat senyum yang merona. Tertunduk pada surya yang hangat dan tegar, melangkah dengan kuat maka diam saja agar bisu terus menyatu. Biar kuangkat dagu jika pedih berkata lelah dengan tugasnya pada pesona sang pagi. 



Biar tercatat dengan jemari bukan dengan suaraa yang merdu..
November dalam drama yang nyata...





i. d. a.

Minggu, 18 November 2012

Biar Satu

Mereka yang bercerita dan aku yang diam, mereka yang memainkan naskah dan tetap aku yang diam. Lalu apa yang dapat kusuarakan jika diam itu menyenangkan? apa takdir akan mendiamkan kami yang diam? hanya takdir yang tau baiknya diam itu jadi apa. Satu tak berarti akan menjawab yang tak satu dalam alur yang kuhias, aku akan semakin rindu dengan satu diantara yang diam. Tersusun dalam rapihnya hiasan yang tergantung pada langit-langit kamarku si perahu yang akan kularungkan. Namamu dan ceritaku tentang rindu yang kucatat pada perahu yang tergantung hingga masa yang membawaku melarungkannya kebagian yang tak kau lihat atau bahkan kuberikan padamu sebagai bukti apa yang kusimpan dalam diamku? aku memilih diam dan tak menjawab tanyaku sendiri.

Bangkit untuk jalan slalu saja aku jalan dan tak terdiam, aku tak menjadikan beban dalam diam yang kusimpan maka kumainkan saja kata-kata yang tersirat hingga kau paham benar biar satu aku tak mungkin bersuara. Aku mengerti cahaya tak akan selalu terang dalam lingkar hidup yang melangkah, maka akan ada gelap yang menyeling biar warna berganti tak jadi bosan. Namun aku tak menggeser diam biar kita satu pada sama. Kunikmati rindu maka biar kutekan semakin dalam biar tak lihat ini rindu yang kusimpan dalam diam. 

Kubilang kau tuan beransel karena aku si nona beransel, kunikmati satu diantara lukisan alam yang kurekam dalam memori andai kau duduk dan bersuara menemani pujian lukisan alam bersama. Tuhan tau aku merekamnya dengan perjalanan dengan hanya ransel terbaikku yang kubawa dalam perjalananku, singgah dikota udang, dikota pelajar, dikota pahlawan, hingga dikota apel dan sendiri tanpa kau. Kubiarkan mataku menikmati apa yang mau kumanjakan dari tiap perjalananku, hanya kulukis saja wajahmu pada ingatanku biar tak ada sepi yang menusuk maka kunikmati biar satu kita tetap ada.

Untung biar satu jemariku pada ilusi maka kucipta namamu pada carikku dan kulantunkan namamu pada bait sujudku. Biar aku diam maka kupesankan pada angin untuk menjaga hangatnya tidurmu dan sepinya malammu. Terabaikan, tentu saja takkan kulakukan. Biar kunikmati perjalananku maka lantunan doaku tetap kusampaikan tanpa sadarmu karna biar satu aku akan diam.






i. d. a.

Kamis, 15 November 2012

Bulan Kamis Malam

Menikmati candu dari sebatang mawar yang merekah 
Cantik dengan merpati yang menunggu diperbatasan senja
Kata yang berbisik dia bulan di kamis malam
Maka biar kunikmati sang pancaran yang setia
Menemani detik-detik kehangatan dalam relung hati yang berjanji
Biar kunanti lagi bulan kamis malam
Biar kurekam dalam rindu hingga usia menutup waktu
Aku tak menahan pada awan yang menggembung
Biar saja mengalir dengan hujan
Terasuk dalam manisnya jemari menggenggam
Terikat pada waktu yang berjanji
Bulan kamis malam kan kutunggu


i. d. a.

Selasa, 13 November 2012

si tuan kanebo kering

Entah kaku itu bagian yang mengesankan atau kaku nampak kanebo itu cirinya? hah..biarlah maunya apa. Mencintainya dan lagi kutulis tentang cinta. Bukan dengan tanpa alasan kau enggan bersuara dalam bagian yang menghias kagumku. Hingga tanpa sadar atau mungkin terbutakan saja bagian yang nampak terlihat pada panca indra.

Apa kau rindu? apa kau ingin denganku? kurasa tidak. Inginku tak mencatat pada rekaman memoriku bagian gambar hidupmu. Tak bisa kutolak semu yang kuharap mejamah jemari yang kaku. Aku ingin, aku rindu, aku dan kamu? bisa jadi kita? kau yang tau. Kau..... tengok sedikit saja rinduku. Sebentar saja tatap mataku.

Biarlah kunikmati bayanganmu saja, biar. Biar jadi satu dalam bayangan tanpa nyata jika kau tetap jadi tuan kanebo keringku. Biar sekali kusiram air dalam didihnya cemburu. Tentu tak bisa pasti. Tentu cinta lebih nyata pada bisu ku.



i. d. a.

Sabtu, 10 November 2012

I N I S I A L

inisial
Aku memainkan huruf sebagai tanda dengan itu aku mengucap pada sendu dengan berat ku sanding diantara musim yang meminta kami menikmati romantisme kota, dari sudut satu dengan sudut belahan lainnya pada poros bumi. Aku dan bait sebagai tanda ingin berpesan pada inisial yang tersembunyi pada huruf. Mengikat atau menghempas, biar terbawa air biar salju yang mengikat pada beku biar angin yang menghempas pada kemarau. Dengan peluh maka terisak. Dengan tawa maka canda pada sejagat. 

Biar..biar saja catatan kecil mengadu pada angkasa. Cetakan pada gumpalan awan yang memutih dan langit yang membiru. Inisial yang Kuasa sebagai tanda ini reaksi yang mempesona. Riuh sambut guntur, rintik itu tak sabar menari pada jemari menyambut langkah putri sang penari. Gamelan mengalun, inisial lagi tanda masa mengulang catatan lalu. 

Setia tak bersuara maka tanda catatan kecil akan merekam memori yang mengabu. Menunggu saja inisial yang merona pada janji yang mengucap pada suci hari yang menetap pada insan yang menanda inisial. Jangan biar pilu, semua akan menjingga. Biar debur yang mengaduh sampai pecah diantara karang. Menepi dalam gulita yang menabur pesona angkasa.

Duduk saja ditepian..




i. d. a.

Senin, 05 November 2012

4 warna

Membaca pagi dalam mentari maka tercipta bias dalam cahaya, sejuknya pagi. Menyambut malam tanpa henti ia abadi. Melangkah dalam Sepi, menikmati masa dengan kutipan sunyi. Hanya sepi dalam temaram, tenang.. warna ini tak memihak dalam nyeri biar saja terlampauin oleh waktu biar nikmati pagi dalam siang. Mencatat bagian-bagian cantik dalam rekaman mata yang tersimpan dalam memori, warna Rindu menyeret pada bait-bait syair yang tertarik pada pena goresan tua. Memilih kata-kata cantik pada potongan bagian memori.  Terpejam saja kalau begitu pada Rona warna bias yang menjingga. Membawa tanda-tanda bahagia dalam sunyi, tersenyum kembang menatap semesta. Hingga meringis pada warna Sendu, meluka pada sosok yang mengabu bahkan hitam dalam tungku perapian malam. Sejenak menjejak langkah-langkah yang menyesaki titik lemah biar saja terbawa larut.

Pesona warna dalam takdir, maka nikmati saja hingga terpejam dalam mati.





i. d. a.

Sabtu, 03 November 2012

Mereka Bersua Aku Diam

Aku yang memilih dalam diam menjadi larut pada detak jarum jam yang berputar, menikmati masa tanpa hina. 
Biar saja malam tak terganti pagi, biar terikat hingga terpejam. Aku dan tangis sudah tak ingin berjabat. 
Menjadi sendu tanpa hanyut. 
Titik itu abu bukan biru apalagi jingga. 
Tanpa ijin tak ada langkah melepas ingin hingga suka dengan waktu. 
Menikmati bagian dan rekaan dalam memori hingga akhir aku tak ingin bahkan acuh pada bulan. 
Padahal akhir tahun siap datang menyambut hingga tahun tak menolak berganti. 
Tak ada ucap maka biar saja diam. Satu..dua..tiga.. atau bahkan lebih. 
Entahlah..acuh..




i. d. a.

Jumat, 26 Oktober 2012

Nyata 'Kita'

Datang jika ya kau ucap pada sedikit candamu

Kau lenyap tanpa berita kepergianmu

Boleh sedikit kuminta kau terlelap

Terlelap saja dalam bunga tidur

Biar kuucap rindu pada perbatasan bawah sadar

Biar romansa tersampai dengan lembutnya

Merpati saja tak ada malu memadu kasih

Maka hadirkan pada bait ingatanmu namaku

Manis, hingga perbatasan imajinasi menjemput

Saat aku jadi makmummu

Tanpa khayal mauku

Nyata, kau dan aku

Hingga selama hayat jadi 'kita'


i. d. a.

Selasa, 23 Oktober 2012

Duduk Sore

Matahari malu menatap lama wajahku
Memudar siang pertanda sore akan datang
Membiarkan sedikit gerimis berwarna pada sore
Duduk diantara sejuk yang menggoda
Bias cahaya merekam bagian tercantik
Mendendangkan suara pada bait sore
Mencatat rekaan yang terekam pada lalu

Kuingat senyummu..
Kembali pada catatan memori kita
Mungkin kau mengaduh pada gemuruh
Menjamah pada angin
Menitipkan salam pada kupu-kupu sore
Merangkai bait-bait syair

Biar sore kududuk menanti rona...

i. d. a.

Sabtu, 13 Oktober 2012

Gadis si Penyair

Benar apa yang mereka suarakan tak sama binar mata itu, sekuat dan sebaik apa pun namamu dan alur hati bagianmu kuceritakan semua tetap tak sama bahkan tak sedikitpun berhasil menyaingi binar mataku saat hanya menyebut nama tuan berasel. Tak paham sungguh mengapa tanya tentangmu aku tak tau. Rasa ingin milikimu lebih hebat dari pada tuan beranselku itu hingga ternyata takdir Tuhan pun tak satukan kita, Tuhan adil memang tak ingin rasa yang mungkin tak sebaik dengan tuan beranslku itu kupertahankan dan kuberikan pada orang yang salah.

Gadis, gadis..berceloteh saja kau mampu dengan bait-baitmu namun bersuara saja getarnya tak ayal membuat semua mata heran menyorotmu. Kau ini aneh bukan, diam saja pada rasamu memilih bisu namun tetap tertawa dengan polosmu. Terisak pada gelap dan enggan berbagi pada semesta saat rindu menjamahmu.

Kecintaanmu pada syair tak mudah kau isyaratkan namun mudah kau tuangkan pada bait kosong wadah imajinasimu. Sadarkah kau gadis tuan beransel jawaban tanyamu? kau memilih berlari kian melaju dengan pesat ia tak ingin teringat rasanya pada tuan beransel... Gadis diam dan rasanya aliran darah-darahnya mulai terasa hangat, enggan ia teruskan syairnya.

"hei gadis kau pejamkan matamu"

iya, kusiapkan waktu bertemu semesta, maka ikutlah bersamaku jika tak takut kau akan ujianmu, maka hilangkan saja pada segala memori lampau yang tak terikat lagi. Biar syair yang temani langkahmu. Biar saja kau nikmati waktu yang berdetak dengan denyut yang menyanding tanpa lelah hingga hayat menemui batas.







i. d. a.

Rabu, 10 Oktober 2012

cerita kami

kali ini kami tak hanya ada aku..
tak pandai dalam bahasa yang tertulis dalam narasi, just try to write about us..

kembali teringat pada penokohan imajnasi yang terpatri pada bagian nyata kami..
Hai Rini, hai Daru, hai Vivi, dan hai Gadis..
Apa kabar? kalian satu pada senda gurau meski terlelap pada bagian malam

Hei Rin, tanpa sadar mata penikmat bagian tanpa celah milikmu merasuk pada rasa tentu saja tanpa sadarmu. Kau tanpa peka Rin slalu saja, nona terbaik pada kami yang masih memilih sendiri meski tak Hanya kau namun gadis dan vivi pun. Rin, lihat lah semesta biar ia merasuk pada rongga hatimu Menjelajah ruang agar nikmat kau rasa meski noda akan rasa yang terlalu lekat belum usai kau hapus. Nikmati, biar kami menjagamu dari tempat kami. Lepaskan helai yang mengikat hatimu perlahan biar kau rasa dan kian terasa damai. Tenang Rin kami disini...mengawasimu dengan mata tanpa lelap.

Hei Daru, bagaimana bisnismu? semoga Tuhan melancarkan bait-bait doa pada rezkimu. Nona Daru tanpa fokus, gemas kadang pada karaktermu menaik turunkan tawa dan emosi kami. Itu kau nona tapi memang itu kau dan itu memang kau. Terkekeh kadang memutar memori mengingat mimik khas pada gurat halus diwajahmu. Kami tak ingin lalu menjadi bayanganmu, biar saja lalu menjadi lalu maka lalu cepat berakhir. Kami menjaga rasa-rasa pada alurmu, nikmati takdir pada roman kau dan kekasihmu biar saja tak hanya cerah menemani semesta biar sekali-kali gemuruh yang mewarnai nada takdirmu. Warna yang tercipta akan apik jika kau kian menjaga warna yang pudar tanpa paksa pada catatanmu. Tenang saja, tetap kami yang menopangmu...

Hei Vivi, masa itu bagian memori yang enggan sungguh kami kau nikmati yang Tuhan beri, tapi dosa kami jika bangkang pada Tuhan. Biar kau tau kami tak mau ada bait sayatan pada hati yang menyatu dengan tabah milikmu. Sudah kulihat tawa pada cuplikan satu lukisan wajah pada lensa mata kami. Karena kami akan tetap kami dan pasti kami. Bersandarlah jika kau ingin pada genggam jemari kami. Tuhan menjaga dan kami menjaga, biar pria datang karna Tuhan yang inginkan. tak hanya Ririn tapi kau pun juga pantas membuka bagian rongga hatimu nona. Biar senyum kian menyatu pada desir angin yang menyapa kau dan kami.

Hei Gadis, kami tau kau diam pada tuan beranselmu kian bisu malah. Bermain-main saja pada imajinasi akan esta, maksud kami semesta. Kau bilang tanpa bait yang tercipta maka semesta tak menyatu pada bagian hati imjinasimu. Tak paham benarlah kami apa yang kau debatkan pada pemikiranmu. Kau akhiri bagian obsesimu itu dan tersadar tuan beransel saja cukup pada imajinasimu, semoga saja tak ada bualan yang kau bilang 'ya'. Apa kau sadar? atau bahkan sengaja tak ingin tersadar? kau takut nona... tak ada yang salah pada bait cinta yang terpasang pada memori hati. Bicara saja pada semestamu kau adukan diammu yang kau sebut cinta itu. Kami menjadi bayangan milikmu, biar saja mengawasi lebih dekatnya tingkahmu.

kami tetap kami, maka kami satu pada genggam tak terpisah, biar melarut saja pada yang mengalir hingga hilir tersampai.


i. d. a 

Selasa, 09 Oktober 2012

kau aku

aku tetap akan menjadi aku pada baitku

kau pun sama tetap dengan kau pada baitku

tak serupa jelas pada cerita siapamu dan aku

merpati menyapa imajinasiku dengan sengaja

sebait kata ia selipkan dengan lembut

kau mencatat bait rekaman Tuhan pada takdir

hingga alam saja selimutiku dengan hangat

perhiasan langit yang memanjakan bunga tidur

kau dan alam, aku dan alam

maka satu kita pada alam

hanya kita




i.d.a.

Kamis, 04 Oktober 2012

Pelakon Bumi

Kau ciptakan adam dan hawa ditanah yang Kau sebut bumi
Tempat peraduan cinta yang menitiskan anak-anak manusia
Tak ada pesona jika hampa tak bertuan tanah ini
Biarkan saja kami terlahir dengan takdir yang terpatri dengan kekalnya
Tinggal melakon dengan langkah yang tertulis

Bumi semakin tercampur dengan apa warna yang tertuang
Langkah-langkah yang berwarna, bukan asa tak berwujud
Biar saja para hawa menitiskan bayi-bayi mereka
Biar saja para adam menanam benih mereka
Pekat jika itu kelak yang tercipta karena ulah mereka
Damai jika benih memang bibit yang terindah Tuhan berikan

Bersimpuhlah pada Tuhanmu
Biar takdir yang menilai



i.d.a.

Kamis, 20 September 2012

Usai Saja Masaku

Semakin bisu kufikir asa dan rasaku
lelah menyeret memorimu lenyap dibalik bayangan yang kuhindari.
Terdiam dan kian tersudut pada bait yang tak ingin kucatat.
Kubiarkan semakin memudar hingga lebur dan hilang.
Kubuka saja lembaran baru biar kusimpan lembar lamaku.
Kusimpan tak akan kubuang,
Kujadikan kenangan kelak yang akan membantuku mengingat sejarah jalanku.

Bagian memori masih banyak tak terisi
Enggan menarik masa yang lampau
Biar saja memoriku melaju tanpa henti

Menari, bahagia tanpa ada sendu lagi
Tertawa tanpa segan
Menikmati mentari dan senja dalam hari tanpa batas


i. d. a.

Rabu, 12 September 2012

Pulau Dewata

Dilahirkan di denpasar 9 januari 1991







Dilahirkan dari rahim seorang ibu yang kupanggil mama



Dan liburan dengan keponakan kecilku yang menggemaskan





Kami terpesona dengan tarian mereka







Dua pantai yang slalu menggoda ketika kembali kerumah dream land & seminyak










Sabtu, 08 September 2012

Mata Pencatat Bait-Bait Imajinasi

Tertegun pada tiap celoteh sang pencatat yang tak mengenal waktu
Mereka bicara, mereka mencatat dan mereka berkarya
Semudah itukah memainkan imajinasi?
Terperangah...

Entah melayang kemana rasa dan rekaan karya yang tak terduga
Kadang ingin menggores bait-bait hingga naskah terbentuk

Imajinasi itu kunci kata sorot mata mereka
Mimik dan gurat senyum mereka tak menyekat ruang
Tak ada batas pada karya yang menjadi nyata bagi mereka

Satu kata, dua kata dan hingga berkata-kata tanpa batas
Ya, itu mereka...

Para pemeran imajinasi pada karya yang tertuang dalam carik tak bernama



i. d. a.

Kamis, 06 September 2012

Kamboja

Wangi mengikat, indah sosok helai mahkota dan menggoda penikmat dewata.

Menghiasi helai rambut sang penari dengan lekuk gemulai kenafsuan pada lukisan tubuh nyata dan bernyawa.

Putih dan menguning, cantik begitu mekar nampak kokoh helai tersusun.

Semerbak tak kenal waktu.

Abadi sang bunga kemboja penghias gadis dewata. 



i. d. a.

Rabu, 05 September 2012

Mengukir bait-bait

Gemercik sang rintik kunikmati saat senja hampir saja menyapaku, menyeka pipi dengan sehelai sapu tangan merah jambu milikku. Aku rindu syair..aku rindu semesta, kadang kurindu padamu..

Menggores tinta warna merah pada lembar diaryku dan berkata "missing you" dengan sedikit hiasan bunga kamboja dari pekarangan rumahku dipulau dewata.

Semakin larut malamku, semakin rindu pula rasaku untuk sekedar menatap bola mata milikmu...senyummu dan gurat halus mimik wajahmu. Sedang mengukir bait-bait keheningan pada rasa yang kian ingin kubunuh saja agar berhenti. Bisu dan menyepi itu pilihku, tak ada yang salah tidak kau dan juga aku. Ini pilihanku...ini jalanku...hanya rasa yang mengumpat dibalik hati yang tak ingin terdengar olehmu atau mereka. Hanya tak ingin memaksa dan membiarkan garis tadir yang berkata untuk siapa aku...

Medendangkan bait-bait nada yang tak menentu ingin membawaku kemana, ini aku dengan rasaku kini...




05092012

i. d. a.

Selasa, 14 Agustus 2012

Gemercik

Menjejaki tanah-tanah yang kian memberi tanda pada tujuan yang tersamar pada insan yang memadu pada bait penantian. Meraba makna pada untaian yang hadir seiring berjalannya langkahmu tanpa sadar kapan tujuanmu berakhir. Menyanding saja senyumku kian mengembang tanpa sadarmu. Keras skali usahamu mencapai puncak tujuan yang samar bagimu.
Lepaskan batu-batu yang mulai menyesaki ranselmu, biar longgar barang sedikit. Jika tak ingin kau tinggalkan batu-batu itu maka biar kubantu membawanya hingga puncak tujuanmu. Tersenyumlah barang sedikit, maka akan semakin kau nikmati masa-masa pencapaianmu. Biar ambisi mengeras pada gurat halus tiada lelahnya mimik wajahmu.
Mari nikmati hembusan kesejukan pembawa arah keronaan. Sedikit menari, hujan mulai ingin menemani langkahmu. Luluhkan sedikit kejenuhanmu maka ikuti alunan gemercik yang kian deras ingin menyatu pada tubuh yang lalu sempat mengering. Dengarkan gemuruh yang tertawa menatap bahagia pada kembang senyummu. Nikmatilah....


i. d. a.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Pengagum

          Menuntun jalan yang tak pernah kukenal arah jelas inginku kemana, aku sedikit meragu pada helai takdirku kali ini tapi berdosa jika aku tak percaya pada sang takdir pengatur s'gala jalan hidupku. Rasa yang terkutip slalu saja menjadi masa yang terikat dalam jalan yang kupilih. Tak bisa kupungkiri memang, apa daya takdir sang pemilik kehidupan yang mengatur tiap langkahku. Menggores tinta yang sudah ditetapkan sebagai warna-warna pengisi kehidupan dalam helai hari-hariku.

         Menjadi sang pengagum itu sudah menjadi pilihanku memang, mengagumi semesta pemberi kenikmatan pada mata dan rona yang membantu menghempaskan s'gala masa yang terikat dengan pekatnya. Menjadi pengagum tiap alur dan masa yang mengalun seiring waktu yang kunikmati. Dan Menjadi pengagum rasa yang entah slalu saja kusimpan rapat dan bungkam. Ya...ini lah sang pengagum, entah apa lagi yang akan kukagumi. Dalam diamku tentunya....



i. d. a. 

Sabtu, 04 Agustus 2012

Semesta

      Jentikan jemari yang melantun kata menemani malammu kala sepi yang tiada reda menghantui malam-malammu, rindu pasti rasamu? tertawa kecil dengan canda sang semilir angin dengan setia menjadi kawanku.  Ah suka dengan rembulan yang kudamba slalu saja dengan pancaran hangatnya tak ada bintang yang menyanding memang. Sepi, itu yang nampak.. tidak fikirku dia hanya Tuhan takdirkan sendiri tanpa sepi sesungguhnya. Untaian kata dan beberapa makna yang mesra menyanding dinginnya malam yang mulai berganti waktu dengan pagi yang belum nampak oleh sang matahari. Kau tentu tak paham rasa itu mengikat sesungguhnya namun tergenggam dengan erat tak ingin mengungkap.
     Biar, malam yang mulai mengganti pagi ini jadi milikku seutuhnya tanpa sedikitpun mata dan nada tersadar akan rasaku. Bermain dengan gemuruh tanda hujan akan datang yang menjadi saksi kala itu. Menyembulkan rona yang tiada sangka terungkap tanpa ada mata yang menangkapnya. Kunikmati sendiri segala memoriku, kunikmati sendiri rona menyembulku dan biar kunikmati sendiri seisi alam semesta yang menemaniku.
    Ah, kalian ini begitu mempesona malamku yang mulai berganti dengan pagi dengan cahaya rembulan yang menghangatkan, sedikit gemuruh yang tak ingin pergi dan angin yang merasuk dalam tiap rongga-rongga kulit dan nafasku.

kunikmati saja dengan ronaku...


i. d. a.

Selasa, 17 Juli 2012

Pintu

Mengingkari rasa itu memang tiada mampu kuelak akan sedikit saja masa yang hampir diambang rasa bagiku, ya..hanya bagiku. Namun tiada kukira pintu-pintu yang lengang itu masih banyak yang terbuka tanpa rumitnya pintu yang kupertahankan. Awalnya kuanggap tiada mungkin sia-sia penantianku setelah waktu yang kuhitung tanpa sengaja berlalu begitu saja. Mengutip keabadian yang kuharap hinggap padaku namun tetap saja keabadian tiada mungkin kumiliki.

Masaku berakhir begitu saja, berjalan mundur perlahan dengan tetap berharap pintu itu akan terbuka dengan sendirinya tanpa ada makhluk hidup selain aku yang menantinya. Namun aku takkan pernah memaksa pintu itu terbuka, biarlah masa yang menjawab teka teki rahasia pintu itu. Mungkin tiada pilihan untukku untuk tak mengusik abadinya pintu itu. Sempat terlintas inginnya kubeku dan tetap tak perduli apa yang akan terjadi pada pintu itu yang jelas aku akan tetap menunggu pintu itu terbuka. Tiada ingin ternyata relungku mengusik pintu itu lagi, mungkin dia memang butuh kesunyian yang akan tetap abadi menemani masanya.

Bermain dengan nada-nada syair yang kupercaya mampu menghibur laraku, berkutat dengan hal yang syahdu pada pelupuk hangat yang kurindu, dan lantunan doa yang menenangkan akalku. Membiarkan segalanya mengalir tanpa paksa yang berkehendak atau memilih pintu baru yang tak akan kutemukan kedamaian yang sama. Biarlah masa menjadi penghangat alur yang akan terlintasi pada takdir yang tercatat dengan baiknya.

Menyanding Bahagia yang tercatat pada tiap takdir yang berkehendak.



i. d. a.

Rabu, 11 Juli 2012

Masa dan Rasa

Kadang ingin saja kuberlari pada rasa yang engga untuk kunikmati lagi, tapi apa daya lagi-lagi saja akupun terjebak pada masa dan rasa yang tepat tak ingin enyah dalam benak yang mulai bosan. Mengenal, menyapa, banyak bicara, menjadi kaku, berjalan mundur, hilang namun tertarik kembali, tersenyum getir, dan terluka. Itu yang namanya alur kehidupanmu nona, nikmati saja..nikmati sampai rasa yang tak terduga berubah sedemikiannya, lebih..lebih..dan lebih...

Ah... kadang yang kau tak ingin anggap menjadi nyatamu. Bisu kadang tak mampu bicara apa lagi, berkata aku rindu pun rasanya gengsiku terlalu melahap inginku biar sajalah. Biar masa yang mengikat nikmatnya dibalik tempat yang tak ingin kau jamah fikirku biar tetap kurapihan dengan cantiknya ruangku barangkali ingin kau tengok sesekali..

Mungkin singgasananya nampak terlihat lebih menggoda rasa dan masamu? Tersenyumlah dan nikmati inginmu. Setidaknya walau tak dapat syairku mengalun lewat nada aku tetap terdiam pada masa yang terikat pada rasa yang tercipta begitu saja.






Tak ada rencana ingin mengenalmu sejauh rasa yang mulai bermain pada rongga-rongga yang mulai tak bersekat karna fikirku mungkin kau tak sehebat Tuan Beranselku itu yang mampu buatku terdiam berbulan-bulan tapi tiada sangka kau lebih mengusik hati yang kini mulai kau jamah tanpa sadarmu. Hanya rindu bodohmu, rindu perhatianmu, rindu menitikkan air mata dengan wajah meringisku didepanmu dan rindu akan ketikan jemarimu pada ingatan lembar tebal yang harus segera kuselesaikan demi gelar sarjanaku.

Entah tak ingin sedikitpun mengusik apa yang terlintas dalam benak fikiran yang tak ingin kau bagi, maka tak akan ingin kutengok nikmatnya masamu. Biar kau lalui segala masa tanpa ingin lagi kau tengok aku dengan sedikit senyummu.

Rindu sungguh, biarlah sudah......






i. d. a.


Senin, 09 Juli 2012

Persahabatan


Kami satu dalam almamater yang sama, mengingat betapa kerasnya perjuangan kami dengan gelar mahasiswa, memperjuangkan buku tebal yang sedang kami susun dengan segala macam kata yang mengandung makna dalam sebuah penelitian. kata-kata sakral yang kadang enggan kami ucap saat otak sudah lelah memutar segala hal yang menyangkut si buku tebal yang bernama 'SKRIPSI'. Mengabaikan sejenak tanggung jawab kami itu sebagai mahasiswa, maka dengan eratnya kami berkumpul dalam canda dan tawa, dalam warna yang beragam... TP Gatering 2008 terlaksana dengan baiknya, dengan warna yang kadang cerah sekali pun kelabu.

Kami akan tetap mengingat betapa akrabnya rasa ikatan kami dalam angkatan 2008 jurusan Teknologi Pendidikan UNJ, senyum kembang tawa mereka teman-teman kami begitu memacu rasa yang kian sulit kami temukan pada masa-masa menuju perpisahan kami.

Bergelar sarjana pendidikan, itu impian kami memang. Menjadi konsultan pendidikan itu impianku. Percaya atau tidak tapi kami harus mampu percaya dengan impian kami mampu maju meraih cita-cita kami kelak, ada diantara mereka membuat hangat rasa yang kian melekat dengan kuatnya persahabatan kami.


  
Terima Makasih Teknologi Pendidikan 2008


i. d. a.



Jumat, 22 Juni 2012

Syair

Apapun yang kau ingin dengar, dengar lah.. apapun yang ingin kau hempaskan, lakukanlah...
Mengutip pada bait-bait syair yang tiada henti kau jadikan tempat peraduanmu, kawanmu, dan belahan jiwamu. Nyata syair mengubah rasaku pada helai lembar-lembar yang tercemar tinta yang kadang tak ayal kubuang begitu saja ketika noda mulai nampak. Tuhan, kadang fikirku lelah yang tiada henti pada eluhanku bosan untuk Kau dengar, namun sungguh saja tiada lagi tempat peraduanku selain pangkuanMu. Hangat bulir bening yang setia mengalir karna semakin bisunya nada pada eluhan yang tak mampu terlontarkan.

Syair....untung kau tak pernah mengeluh padaku, untung kau dengan setianya mencintaiku, dan dengan setianya mejadi rasa pengikat tiap karyaku. Syair..kata indahmu mengembangkan tawa mereka, menyipitkan kalut mereka, menerobos rindu mereka..ah..kau slalu saja makna tanpa akhir kata yang tiada lupa menjadi kawan setia pada tiap rongga sang pecintamu.

Tiada elak kau nampak syahdu mendampingiku kali ini, meneriakkan rasa yang tertahan pada nadaku, mengalun bersama jentik jemari yang tak pernah lelah menari bersama rasa, hati, pemikiran yang mulai kau dan jemari lakukan. Gemas kadang saat rasa dan segalanya tak dapat menyatu dengan baiknya untuk sebuah karya tentangmu. Skali-skali kau terobos sajalah apa maumu jangan kau tunggu segalanya yang mengganjal dalam benakku hilang begitu saja, paksa saja sang jemari mengikuti apa mau karyamu. Tentu aku tak akan marah padamu syair, karna kau bagian dari jiwa dan pemikiranku..



i. d. a.

Kamis, 21 Juni 2012

Kau Baru Saja..

Memberi rasa pada alur yang tlah tanpa rencana begitu saja mengalir, nampak hebat memang sang rasa yang tanpa bicara saja sudah mengubah segala pondasi yang mungkin akan kurapatkan kembali pada rongga hati yang sempat melonggar untuk terisi kembali. Mahakarya sang rasa yang baru saja kusudahi kembali dengan sedikit bulir yang dengan tanpa paksaku mengalir dengan lembutnya.

Dentuman nada yang mengusik alunan pemikiran akan kau baru saja juga kusudahi dan baru saja kumulai melepas aroma yang mulai kunikmati baunya, kunikmati hangatnya, dan kunikmati nyatanya. 

Tak denganku mungkin maumu, tak denganku mungkin sisi nyata khayalmu mampu kau gapai? biarlah takdir Tuhan yang menjawabmu inginmu dan biarlah kumulai menghapus memori yang inginku sungguh kusimpan namun apa daya nyata memorikupun harus segera kuhapus.

Biar saja kau pilih indahnya masamu dengannya dan bukan denganku...



i. d. a. 

Senin, 18 Juni 2012

Hei Takdir....

Mungkin tiada penyesalan yang dapat kulontarkan atau sekedar kugoreskan dengan penaku kali ini, sentilan hangat Tuhan cukup untuk sadarkan hanya kau yang terbaik diantara makhluk Tuhan yang bernama pria. Menikmati masa yang kadang ingin kubalikkan lagi lembar yang pernah kugoreskan dengan indahnya kenangan yang tiada satu pun yang dapat kutemui pada makhluk Tuhan lain slain kau takdir hidup yang kumau menemani hingga akhir hayatku.
Biarlah kali ini kukuatkan saja pondasi rasa yang mungkin kau akan tengok lagi bukan sekedar untuk kau sapa, namun memang ingin kau pinang pada penantian yang seharusnya indah pada cuplikan yang terbayang saat kita duduk berdua, menikmati rasa, menikmati romansa, dan menikmati khayal impian hari tua.
Rintangan apa pun itu mungkin tiada bandingannya dengan rasa yang terlalu nampak kuat dengan posisi yang tak ayal mampu kuelak. Dia, dia, dan dia tak mampu merombak pondasi rasa yang tertanam dengan baiknya pupuk yang Tuhan berikan untukku.  Menghela nafas dengan rasa syukur slalu saja tak urungkan terpaan Tuhan memang kala ujianku harus kuselesaikan tanpa kau, tanpa wujud nyatamu memang namun percaya syair doa lantunanmu menyertaiku.
Menanti ditempat yang akan kutemukan jawaban pasti akan setiap tanyaku, hei takdir..temui aku dengan jawaban doaku...



teruntuk kakak perempuanku MA

"i. d. a. _19_06_2012"


Hei Lihat Aku...

Penikmat senja, pecandu kopi, pelantun dan penggores syair...
Selamat datang roman.... mungkinkah sinar bahagia menyambutku kali ini? aku harap slalu jawabannya ya, kembali menikmati akhir sang senja yang mulai hampir tenggelam malu pada bumi belahan negara penuh dengan budaya ini. Hei..apa kabar kau senja kali ini? apa kabar kau? apa kabar belahan jiwaku sang syair? hmm..aroma hangat, aku suka...

Masih menggoreskah kau pada syair bekumu? tetap bisu pastinya kau. Ah sudahlah...biar saja apa ulah nakal mu kali ini, menanti disudut sama sejak bertahun-tahun tetap menikmati rasa yang tiada bosan fikirku, rindu....tentu saja karna rasa tak pernah berubah hanya saja kadang kau naik turunkan tempat hati yang semestinya tak ubah sejak rasa yang tiada ingin kuhentikan.

Canda, tawa, kecewa dan apalah lagi yang masih dengan rapatnya kusimpan dengan nyata rasa yang tiada satu pun kau, dia, atau entah siapapun itu makhluk bumi yang tak akan kusadarkan hanya sosok itulah yang kumau. Hei senja kunikmati sajalah hangatmu yang takkan mengecewakanku akan stiap keindahan sorotmu. Mungkinkah kau lihat aku slama ini? slama tiap kata masih kusimpan dengan rapatnya percaya saja kau takkan pernah sadar rasa yang hangat buatku merindu.

Lihat aku, hei.. ini aku..iya ini aku yang bisu tiap kali ingin melontar kata aku cinta, lihat aku..yang slalu bersembunyi dibalik tempurung rasa yang tertutup rapat akan senja.
Sudahlah, nikmati saja kopi hangat yang mulai bosan denganku yang nampak begitu mengabaikannya hanya karna kau yang slalu hadir menemaniku dengan khayalku.




(Teruntuk kakak perempuanku; LM)


"indahdariah_19_06_2012"
 

Senin, 11 Juni 2012

Jentikan Jari Tuhan

Mulai mengisi tiap lembar baru tanpa tersisa dengan apa pun yang terjadi pada cuplikan masa lalu, menggores tiap kata dan mengisi tiap cuplikan masa keindahan yang terekam tiada sesungguhnya Tuhan rela melihat kau terluka. Duduklah diantara gumam syair yang memuji keindahan dan kehebatanNya. Sang Tuhan Maha Kuasa aku tetap percaya tiap jentikan jari keajaibanMu tetap berkarya pada alam semesta yang tak tertandingi keindahannya begitu pun dengan cuplikan yang akan terlalui oleh kami para pemeran kehidupan. Menggores rasa, kekuatan, dan segala hal yang Tuhan siapkan untuk tetap kita lalui.

Menghela rasa syukur pada tiap nafas yang berhembus dengan teratur pada tubuh pemeran kehidupan.
Memeluk kerinduan pada bulir yang tak tertahan jatuh menyentuh tanah sang bumi atas kekuasaan Sang Maha Kuasa. Tetap jentikkan jari keindahanMu pada kami pemeran kehidupan...



i. d. a.

Rabu, 06 Juni 2012

Senja


Mengingat kehausan akan rindu yang tak pernah ingin tersampaikan pada sang pemilik rindu, aku terduduk manis menikmati romansa sang rasa yang memeluk mesra kehangatan senja diantara penikmat cinta. Cinta tak pernah mau memaksa apa yang terasa pada penikmatnya, sakitlah jika kau kata cinta itu sakit untukmu, bahagialah jika kau pun kata cinta itu bahagiamu....bosan kufikir hanya melulu cinta yang mengusikmu.

Senja lebih ingin kunikmati pada sorot keindahan yang tak terganti lentera yang kadang tersamar. Warnamu yang mengikat rasa manis pada pancaran lebih menggodaku karna enggan aku menamaimu ke gundahan yang merusak hariku. Setidaknya aku suka caramu menggodaku dengan pancaran hangat yang buat pelupuk mataku nampak terlihat sedikit lebih syahdu.

Mengalun bersama dengan para penikmat alur kepenatan ibu kota ini aku tetap berdiri menatap gedung-gedung yang padat dan begitu sesak kufikir kota ini semakin lama. Menikmati betapa anggunnya kau hari ini senja, aku harap kau tetap nampak anggun dengan tiada taranya yang menggeser kenikmatanku akan pesonamu..sedikit berharap aku mampu menikmati senjamu tak dengan sepasang mata anak manusia saja namun dengan dua pasang mata yang juga kuharap menikmati pesonamu.

Itulah senja untukku kali ini..senja yang kucinta dengan bayang sang tuan yang kusimpan rapat dimemoriku, tak ada sesalku mengagummu karna tak ada rasa ingin mengikatmu karna pahamku kau tak akan ingin terikat oleh masamu, maka jika kau mampir lagi dengan suaramu yang mengungkap duduklah disampingku agar kau tersadar senja begitu indah dari pada kekalnya birokratmu.

Alurku akan tetap sama ketika aku memang menjadi pengagum sang senja.



i. d. a. , jakarta 7 juni 2012

Kamis, 31 Mei 2012

Hei Rin...

Aku rindu kebersamaan ku bersama ketiga sahabatku ini, sulit kadang menyatukan waktu kami untuk melepas penat bersama. Rindu dengan cerita Daru dan kekasihnya, kuharap Daru tetap bahagia dengan pilihannya meski ujiannya belum selesai dalam menjalani LDR tapi aku pasti percaya dia mampu mengambil keputusan yang terbaik. Rindu dengan cerita Vivi dan kekasihnya juga yang tanpa sadarnya aku menjadi pengagum rahasia kekuatan seorang wanita seperti Vivi yang kuat melawan rasa sakitnya, kuat menahan egonya kadang, dan kuat mengadapi kekasihnya yang ajaib, ya..itulah Vivi si wanita tahan banting (hatinya).

Gadis, ya..itu namaku..kufikir sudah bosan ketiga temanku ini jika membahas tentangku karna mereka tau ceritaku tak jauh tentang tuan beranselku itu tapi setidaknya sudah tak sebisu dulu suaraku dan sikapku (kadang), dan yang terakhir Rin, iya Rin sosok teman wanitaku yang entah masih menunggu ditempat yang sama kah dia hari ini? atau sudah jenuh kah ia di zonanya itu? belum sempat lagi kudengar celotehnya..kali ini Rin tak membahas tentang tuan nosenya itu, apa kau baik-baik saja Rin?

Hei Rin, aku menyimpan banyak tanya yang beum sempat kutanyakan..

Namun kuharap kau baik-baik saja..

Hei Rin.. Hei Daru.. Hei Vivi.. mari duduk temani aku menikmati senja...

aku rindu celotehan kita..


  

Selasa, 29 Mei 2012



Senja di Tanah Kelahiranku


Berbulan-bulan aku tak kembali, tak menyapa sang kawan lama yang setia menemaniku ketika sang senja mulai menguasai alam sore itu. Pulau dewata tanah kelahiranku tanah tempat tinggal orang tuaku kini, sedang aku tetap menuntun ilmu di ibu kota.
Hai kawan lama, tak rindukah kau dengan ku? sang gadis yang suka menikmati sejuknya desiran angin kala senja mulai nampak bersama ombak yang tiada lelahnya berkejar-kejaran. riang kufikir para pelancong yang menyambangimu kala itu.
Aku rindu padamu, sedikit meluangkan waktu dengan duduk diantara bulir pasir yang tiada habisnya kufikir tiada tara bahagiaku. Melepas segala beban yang tak tau entah ingin kulempar saja sejauh mungkin tak ingin berkata saat menyambangimu tak ingin bersuara mungkin hanya menghela nafas menikmati udara yang kurindu. Hei senja, aku rindu syahdumu rindu segala yang kau miliki. Senja di tanah kelahiranku, kau sungguh menggoda penikmatmu terutama aku yang begitu suka diantaramu. Aku akan segera pulang untuk menengokmu, bermain dengan kawan lamaku bulir pasir dan gemercik ombak yang sudah lama tak membasahi tubuhku.


i. d. a. 

Kamis, 24 Mei 2012

Bahagia itu Kamu

Hei tuan, tanpa kau aku tak mengenal makna syair tak juga mengenal betapa kerasnya alur hati dan pemkiranmu. Menikmatimu dengan diamnya aku tak mengerti kadang mengapa ini kujalani tapi aku menikmati segalanya, hari ini aku mulai tak ingin lagi menggalaumu karna takkan ada arti nyata jika murungku hanya karnamu. Tak ada salahmu padaku, itu nyata memang...tak ada luka yang sengaja kau buat memang, tapi sungguh aku memang benar merindu bayangmu hanya menggalaumu caraku nyatakan inginku, nyatakan rinduku, bisuku, dan ronaku...

Sadar memang kau membawa perubahan pada karyaku, syairku yang memang tanpa sengaja tertuju untukmu..namun bahagia itu memang kamu, kamu yang tanpa sengaja Tuhan minta menemaniku dan menemani khayalku menikmati senyummu. Menikmati bahagiannya saat menggalaumu, tak perduli kata orang apa pada nyataku tetap saja kulakukan untuk menikmatimu. Egoisku menikmatimu tanpa kuingin kau tau dan mereka disekitarmu sadar tentang aku yang menggalaumu.

Hari ini ku meminta ijin padamu dengan tersirat aku akan menghapus segala memoriku saat mengagumi segala karyamu, senyummu, bodohmu dan diammu. Aku berlalu saja pada detik terakhir menikmati wajahmu itu isyaratku, maaf tapi teruntuk kau yang memang menjadi bagian dari rinduku bahagia itu tetap kamu.

Lima bulan kulalui dengan kagumku pada sosokmu tuan beransel, nama isyaratku untukmu entah kudapat dari mana nama itu namun jelas aku suka menyebutmu tuan beransel...
aku pergi kali ini tetap dengan diamku...
Jagalah senyummu...
dan bahagiamu...


i. d. a.

24-05-2012

Sabtu, 05 Mei 2012

Jelita...

sang jelita yang senantiasa duduk mengadu rindu pada sang hyang widi
menikmati aroma sendu taman ayodya
sedikit bermain dengan nada-nada yang mengawal embun kesejukan
merombak rongga yang kian mengendur oleh rona jingga

hei... alam temani aku menari
temani kesunyianku dengan nada yang mengalun merdu
menanti sang setia yang tak pernah kupaksa hadir menemaniku

harumnya taman ayodya cukup mengganti rinduku kali ini
menemani bulir embun yang menjaga kesejukan rongga hati
hingga musim gugur menyambut



- jakarta, 5 Mei 2012-

i. d. a.

Rabu, 02 Mei 2012

umek

cukup sudah suaramu memecahkan pekatnya keheningan
aku minta kau bisu tak bernada kali ini
aku tak meminta kau, dia, atau mereka beradu kata
cukup sudah aku lelah

aku tak suka lamunanku terpecah
aku tak suka terusik
aku cukup letih kali ini
dan aku benar-benar tak ingin bersuara

biar saja keheninganku yang menemani
biar saja kerinduanku kunikmati
biar sudah kufikir...

i. d. a.