begitu cepat waktu yang tak kuhitung dengan sengaja
tak dengan mu lebih tepatnya
tak pernah aku ingin berkata padamu bahwa aku tetap menanti hilirmu
perahu kebanggaanmu, kebodohan polos kata mereka padaku
kawan mu sedikit berceloteh padaku
bersuara untuk hanya mengingatkan lembarku untukmu yang kusimpan rapih
embun itu mungkin saksi betapa bodohnya wajahku
lupa sedang menyembunyikan dengan rapatnya rinduku
hingga kembali terhuyung akan ingatan lembarmu
sudah usai kufikir tentang antalogi yang sedang kau mainkan
ternyata tak hanya rasa yang kembali mampu berkata
namun gurat halus dan nada yang tak sengaja kulontarkan
betapa rindunya fikirku kini
hingga embun itu tak mampu membuatku kembali menutup lembarmu
dibulan keempat ditahun yang tak tau sampai kapan ingatan akan kau usai
April, itu nama bulan yang mungkin akan segera berlalu
hanya kembali terdiam disudut kerinduan yang tak bisa kusuarakan
ah, kembali berperan setelah kembali aku mampu berkata kau
iya, kau.. kau yang buatku berkata aku cinta
kecintaan dalam bisu yang takkan pernah akan ku lafalkan padamu
menikmati secangkir kopi hangat yang ternyata mulai kucintai
sama dengan ketika aku mampu mencintaimu
april akan tetap berlalu denganmu...
Jakarta, 10 april 2012
i. d. a.